Sabtu, 18 Juli 2009
lagi
apa yg bukan untukku
sebesar itukah aku menginginkannya?
hingga aku jadi buta
senyumnya ku artikan lain
tatapannya ku maknai salah
hatinya kukira cinta
bagai orang buta yg belajar mengenali warna
bagai orang tuli yg mencoba membuat nada nada
seperti itu aku padamu
katakan apa ini nyata?
Sahabatku, mengapa kau begitu ?
Di tengah sepi ku, aku ingin tertawa bersamamu, seperti yang biasa kita lakukan dulu, aku ingin terhibur oleh keberadaanmu, seperti kau dulu selalu membuatku tersenyum. Maka inilah aku, mengetuk pintu rumahmu, dengan senyum selebar mungkin dan tawa setulus mungkin, bahagia karena kau mau membuka pintumu dan menerima aku lagi.
Dan di sanalah kamu, di balik pintu, membukakan pintu tapi tidak membiarkan aku masuk. Senyum dan tawaku yang kulemparkan untukmu, kau hempaskan mereka ke tanah. Canda ku, kau tepis mereka jauh jauh. Katamu aku berubah. Katamu, aku tidak menganggapmu serius. Kau pikir candaku mencemoohmu, kau pikir tawaku karena mentertawakanmu.
Kau bilang “kamu berubah”, lalu menutup pintu di depan mukaku. Kau membiarkanku berdiri semalaman di pintumu, bingung, akan sikapmu yang tidak bersahabat, padahal kupikir kau sahabatku. Semalaman aku di sana, di pintu luarmu, berdiri sendiri, meminta maaf padamu, akan salah yang tidak ku mengerti. Aku minta maaf, jika ternyata kau pikir aku mencemoohmu, mentertawakanmu.
Percayalah, aku hanya ingin tertawa malam itu bersamamu. Bukan mentertawakanmu.
Beberapa hari kemudian, kau bersikap seolah tak ada apa-apa. Seolah tidak terjadi apa-apa. Seolah-olah aku tidak pernah datang ke rumahmu, menunggumu untuk membukakan pintumu untukku. Dan ketika aku kembali minta maaf, kau bilang kau hanya bercanda.
Kau bercanda, membuatku menunggu semalaman, menunggu agar diterima permintaan maafku atas salah yang aku tidak tahu. Sampai pagi aku masih sedih, berpikir betapa aku begitu berubah bagimu hingga tak kau bukakan lagi pintumu untukku. Dan parahnya, siang dan malam aku kecewa, bukan padamu, tapi pada diriku sendiri, ternyata sahabatku tidak menerimaku lagi, tidak menerima aku yang sudah berubah. Apa aku berubah sebegitu buruknya?
Kau bilang kau bercanda, dan kau minta maaf karenanya.
Huff. Tahukah kau, candamu itu sama sekali tidak lucu. Kau sahabatku, dank au tidak tau beratnya hariku kemarin, dank arena itu aku datang mencarimu, kemudian “canda” mu itu malah membuat hariku semakin terpuruk.
Aku sudah bilang, tawaku bukan mentertawakanmu, tapi aku tertawa agar kau tertawa bersamaku.
Mengapa tidak kau katakan baik-baik jika saatnya tidak tepat? Mengapa tidak kau utarakan dengan kata-kata jika tawaku mengganggumu? Mengapa tidak kau bicarakan apa salahku yang mengganggumu sehingga kau ber”canda” seperti itu? Mengapa kau menutupkan ku pintu, dan bukannya berbicara padaku?
Jika saja kau tidak begitu berprasangka, bahwa aku tidak serius, mentertawakanmu, mencemoohmu, mungkin aku tidak perlu sampai kecewa pada diriku sendiri. Jika saja kau tidak begitu berprasangka dan mau berhenti sejenak untuk bertanya “ada apa?” saat melihat perubahanku, mungkin kau akan tahu mengapa aku berubah. Mungkin saja kau akan tahu bahwa aku sedang sepi dan ingin kau menghiburku, tertawa denganku, hingga mungkin malam itu bisa kita habiskan bercanda tawa bersama, tanpa menggoreskan luka di hati masing-masing.
Sahabatku, waktu tlah membuat kita berubah, benar. Tapi orang seperti apa yang meninggalkan sahabatnya ketika bertemu kembali setelah sekian lama terpisahkan dan ia justru menolak orang yang dulu disebutnya sahabat,karena ia berubah tidak seperti yang diharapkan. Dan tanpa bertanya apa yang terjadi, tanpa mencoba mengejar waktu yang hilang di antara mereka, orang itu justru memalingkan muka dari sahabatnya. Tidak pernahkah terpikir olehnya jika sahabatnya itu telah mengalami banyak luka selama waktu yang hilang itu, dan kini ia kembali pada sahabat tersayangnya dengan harapan sahabatnya itu dapat membantu menyembuhkan lukanya?
Sahabatku, katakan bagaimana perasaanmu jika kau ada di posisiku ?
lovable You.
Yes you don't know
cause i never tell
how loveable you are
oh you're so easy to love
with that childish laugh on your face
and the way you turns red so funny
you're so easy to love
you smile sincerely
warming even the coldest night
and the way you look
further into a world no one can reach
and you're thoughts
not always nice but there's a gentleman
beneath that hoodie and headset you love
makes a perfect soulmate that everybody wants
so here i am
expect nothing in returns
tellin you how loveable you are
it is yours. your voice.
it's ur voice
so smooth and calming.
like a silvery river
steadily flowing
like a windy breeze
blowing in the first day of Spring
so it's ur voice after all
the voice i heard in my dream
the voice that stuck in my head
so it's your voice after all
that keeps the flower from dying
nice and gently
no anger
no hate
there lies only goodness
only purity
and it's all in your voice
now sing!
come along, let me hear you sing
you'll make perfect harmony
that universe will follow
let me hear you sing
i'll make a good melody
even the angels will envy you
sing
and reach out these lost souls
then bring them home.
Senin, 06 Juli 2009
dear friend
Apa salahku mengapa kau tinggalkanku?
Apa salahku mengapa kau mengacuhkanku?
Apa salahku mengapa kau menghindariku?
Apa salahku mengapa kau menghilang?
Kau bilang aku yang pergi?
Benar! Aku memang pergi!
Kau bilang aku yang meninggalkanmu?
Benar! Aku meninggalkanmu di sini!
Kau bilang...aku mengacuhkanmu..?
Kawan, kau tahu itu tidak benar...
Kau bilang... aku menghindarimu..?
Kawan, tak pernah sekali pun
Terlintas di benakku ’tuk sakiti dirimu!
Bagaimanapun caranya
Tak ingin ku lukaimu!!
Betapapun jauhnya
Tak mungkin ku lupakanmu!!
Apapun yang terjadi
Kau tetap temanku tersayang!!
Mendekat padaku, jangan kau lari
Dengar kesahku, gundahan hati
Berbagi denganku seperti dulu
Larut
Sulit kuhempas dirimu dariku
Karena ku telah larut
Dalam samudera cintamu
Kini rasa itu harus mengkristal
Bukannya ku tak bisa!
Namun ku merasa berat
‘tuk tanggalkan rasa itu dariku
Bukannya ku tak bisa!
Hanya teramat sulit bagiku
1001 purnama terasa
Berat ku lakukannya!
Karena ku telah larut
Dalam samudera cintamu
Membunuh rasa itu
Bagai menanggalkan asin dari air laut
Bukannya ku tak bisa!
Yakin ku ‘tuk kristalkan rasa itu
Bendung hasrat yang bergejolak ini
Kubur tentangmu dalam-dalam
Sampai kapanpun ku akan menunggu
Datar
Datar
Gelombang perasaanku padamu
Amplitudonya tak lagi sebesar dulu
Simpangannya makin mengecil
Lalu menghilang..
Seiring bayanganmu di benakku
Kosong
Hatiku terisi tanpamu
Ruang kosong yang engkau tinggalkan
Terbengkalai… di satu sudut gelapnya hatiku
Terabaikan… usang dimakan waktu
Menyempit… perlahan tapi pasti mulai terlupakan
Acuh ku padamu kini
Mengapa harusku peduli ?!
Persetan dengan dirimu!
Persetan dengan semua tentang “Kita”!
.. persetan masa lalu “kita”…
Lepas jiwaku darimu
Jauhkan ragaku darimu
Buang dirimu sejauh mungkin..