Senin, 06 Juli 2009

kisah tentang elang muda dan elang tua

They say you are going too soon,

drifting and floating and fading away…”

Yup! Elang muda ini sudah mulai terbang, terlalu cepat memang. Meninggalkan bekas cakarnya yang membekas begitu dalam. Menanggalkan keyakinan yang didapatnya hanya bualan belaka. Memalingkan wajahnya dari kenyataan yang hanya setting panggung semata.

Sudah letih berada di tempat itu. Sayapnya yang lelah dikepakkan, namun terbang tak tinggi jua.

Apa yang ia cari tak pernah ada. Apa yang ia impikan tak pernah nyata. Yang didapatinya, luka yang mereka tikam ke jantungnya.

Kebanggan akan elang perkasa itu pun.. semakin memudar, terkubur semakin dalam, tenggelam bersama tetes-tetes darah yang tertumpah oleh luka yang ditorehkannya sendiri.

Kebanggan akan elang perkasa…memudar. Layaknya bayangan yang menyatu dalam gelap. Seperti kilau bintang yang tersapu saat fajar menyingsing. “Rasa” itu.. semua.. semakin memudar.

Ingatkah dulu saat elang perkasa pertama kali menampakkan sosoknya… semua elang ingin jadi dirinya.

Memiliki sayap yang kokoh seperti miliknya. Memiliki bulu yang indah seperti bulunya yang berkilau di bawah terpaan sinar matahari. Menukik tajam dan terbang bersama angin…

Tidakkah semua rindu pada Elang perkasa itu..??

Namun ke mana gerangan dirinya pergi? Di depan ku kini hanya raga… tanpa jiwa.

Memang benar sayapnya nampak kokoh, namun rapuh di dalam. Memang benar bulunya berkilau, elok, tapi akarnya tak lagi kuat. Dan jika kau melihatnya terbang, kau sadar ia tak pernah terbang lebih tinggi.

Keangkuhan tampak di wajahnya. Rasa dengki, iri, benci, menggerogotinya.Bagai kanker yang siap memakan hatimu kapan saja. Matanya dibutakan oleh kekuasaan, nuraninya tertutup oleh keserakahan. Egonya membangun benteng keangkuhan. Perlahan, tapi pasti hancurkan hati dan pikirannya.

Tak ada lagi yang ingin jadi dirinya. Tak ada lagi yang mengikuti arahnya terbang. Tak ada lagi yang kagum padanya. Tak ada lagi yang bangga akan dirinya. Tak ada lagi, elang perkasa.

Namun, betapapun elang muda ini ingin terbang, sulit baginya kembangkan sayap tuk pergi darinya. Dia yang dulu elang perkasa, memberi elang muda tempat bernaung di bawah sayapnya. Ia mengajari elang muda… untuk terbang. Satu-satunya kebenaran yang elang muda pelajari dari elang perkasa itu.

Jika elang muda pergi darinya, maka sama saja dengan membunuhnya. Membunuh elang perkasa yang kini makin sekarat, kaibat keangkuhannya.

Nuraninya melarangya ’tuk pergi, walau hasratnya ingin jauh dari tempat itu.

Tetap saja tak bisa ia meninggalkannya!!

Luka yang tertorehkan karena sang elang perkasa, selalu terasa sakit saat melihat sosoknya. Hatinya perih melihat sosok elang perkasa yang tak lagi seperti dulu.

Akhirnya, elang muda itu memutuskan!

Tetap berada di tempat itu bersama elang perkasa karena yang ia ajarkan. Dirinya tak akan seperti ini jika bukan karena elang perkasa. Walau tak semua yang ia katakan nyata, walu tak semua yang ia ajarkan benar.

Maka elang muda akan menunjukkan pada elang perkasa apa arti nyata. Akan ditunjukkannya pada elang perkasa bahwa langit tidak hanya setinggi kepakan sayapnya. Akan ditunjukkannya pada elang perkasa apa itu kebenaran.

Kebenaran hakiki akan bumi dan langit. Kebenaran hakiki akan surga dan neraka.

Teguhkan keyakinan nyata padanya, keyakinan yang hakiki.

Kan dijadikannya elang itu elang perkasa lagi

Sambil menunggu, sampai ia siap untuk terbang lebih tinggi. Sampai ia berani menatap matahari lebih lama. Sampai ia mampu kepakkan sayapnya lebih tinggi dari awan manapun. Sampai saat itu tiba, perasaan elang muda padanya hanya… kebanggan yang memudar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar