Senin, 06 Juli 2009

this is why i love rain so much

Hari hujan yang menyenangkan. Hari hujan selalu menyenangkan.

Siapa bilang.

Ini adalah cerita sebenarnya di balik kecintaanku pada hujan.

Hal-hal yang menyenangkan yang terjadi saat hujan, memang ada. Pernah terjadi. Tapi lebih banyak hal-hal yang tidak menyenangkan.

Sejak kapan? Sejak banyak2. Hari hujan bagi sebagian orang me-muramkan. Me-murungkan. Membuat tidak mood. JAdinya orang pada cepat jengkel. Jengkel karena cucian nda kering, jengkel karena mobil atau motor jadi kotor, jengkel karena jalanan jadi banjir becek ga ada ojek. Jengkel karena hujan membuat semuanya jadi lambat, jadi malas keluar rumah, malas karena nanti basah, cucian belum kering tambah lagi baju basah. Baju basah, sepatu basah, barang bawaan juga ikut basah, rambut yang sudah tertata rapi di rumah, make up yang sudah setengah mati dibuat, harus berantakan karena hujan. Iyah. Hujan bikin banyak orang BeTe.

Saya? Saya sendiri mencintai hujan itu, cinta untuk berada di bawahnya, tak perlu berteduh atau lari2 menghindari hujan. Hujan itu rahmat, jangan dihindari. Kenangan waktu hujan? Saya tidak pernah main-main hujan seperti kebanyakan anak-anak lainnya, padahal dulu waktu kecil saya teramat sangat ingin mandi hujan, bersama anak-anak lain, iri dengan mereka yang dengan enaknya lari-lari di bawah hujan. Tidak kayak saya yang selalu dilarang ini-itu, nanti sakit-lah, nanti masuk angin-lah. Nanti kotor-lah. KEnangan waktu hujan? TIdak terlalu banyak hal-hal yang bisa diceritakan kala hujan selain hujan itu sendiri. Rasanya menyenangkan kalau kena hujan. Iya.

Sebenarnya, justru banyaklah hal-hal tidak mengenakkan yang terjadi kala hujan. Teramat sangat banyak. Jauh lebih banyak daripada hal-hal yang menyenangkan yang terjadi di kala hujan. Iya. Dulu, dulu sekali, selalu saja terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan saat hujan. Hari itu hujan deras, dulu, orang yg dulu saya sayang, terpaksa menunda kerjaannya karena hari itu juga kita bertengkar hebat. Terhebat dalam sejarah. Kita jadi tidak bicara selama seminggu. Iya. Dan seminggu itu hujan sangat lebat dan hujan terus setiap hari. Iya. Rasanya sangat sepi. Sepi sekali. Tapi karena suara hujan jadi tidak sepi lagi.

Benar. Kalau masalah sepi, dari dulu saya selalu sendiri. Tidak punya siapa2, tidak punya teman yang selalu bisa bersama2. Iya. Makanya rasanya menyenangkan kalau hujan. Ditinggal di rumah sampai sore sendiri, hanya bisa menunggu orang-orang rumah pulang, kakak ke sekolah, papa mama kerja, pembantu yang waktu itu masih anak muda tidak tau urus apa. Saya sendiri di ruang tamu memandang ke luar. Ke hujan. Iyah. Menunggu orang-orang pulang. Dan ternyata, memandangi hujan jauh lebih menyenangkan daripada ketika orang yang ditunggu datang dan ternyata tidak sesuai harapan kita. Rasanya lebih baik mendengar suara hujan, memandang bagaimana tetsan airnya jatuh membasahi bumi,. Jauh lebih menyenangkan, jauh lebih rame, daripada kesunyian di rumah dengan banyaknya orang tapi tak satupun yang menyentuh hati.

Karena hujan pula, orang-orang biasanya lebih lama tinggal di sekolah, menunggu hujan reda. Jadinya saya punya teman ngobrol deh. Tapi seringnya, saya sendiri, dan satu-satunya yang jadi teman saya adalah hujan itu sendiri. Iya. Rasanya rame kalau ada hujan. Jadi tidak kesepian lagi. Hujan selalu menemani saya kalau sepi.

Dan hari ini hujan lagi. Hujan besar pertama sejak resmi bersamanya, dia, orang yang selama ini ada di hatiku. IYah. LAgi-lagi hal yang tidak menyenangkan terjadi. Benar-benar memiriskan. Tidak tau kenapa. Sebelumnya, udara teramat sangat panas dan gerah, biasalah pertanda hari akan hujan, dan saya sangat membenci udara panas. Karena itu berarti saya akan lebih tempramen. Dan benar saja, tugas anatomi yang menumpuk, belum lagi pikiran buat belajar respon, ditambah urus baksos, trus datang lagi dJ dengan masalah majalahnya yang nda terbit-terbit, trus, ditambah pikiran kemungkinan untuk bisa keluar bersamanya menemaninya di hari ulangtahunnya tidak mungkin terjadi, makanya membuat saya teramat sangat berada dalam keadaan yang teramat sangat tidak menyenangkan pula. Dia, sayangku, datang dan mengganggu, seperti yang biasa dia lakukan, saat saya sedang serius mengerjakan tugas anatomi. Iyah, dia mengganggu di saat yang tidak tepat. Akibatnya saya jadi tersinggung dengan candanya, marah, membuatnya sedih. Membuatnya menunjukkan wajah yang tidak menyenangkan, ekspresi yg teramat sangat saya benci dia pasang di mukanya. Iya. Ekspresi yang sama saat dulu saya marah karena dia mengganggu saya di mobil. Huh. Benci lihat mukanya yang seperti itu, teramat sangat benci. Dan parahnya saya jadi lebih benci sama diri saya sendiri karena sudah membuatnya berkespresi seperti itu. FCUK myself. SHITTY ME. Damn.

Masalah tidak berhenti begitu saja. Lagi-lagi, saya telah melukai hatinya, atau mungkin harga dirinya? Iya. Terkutuklah lidahku yang selalu salah dan kasar ucap ini, itu karena lidahku terlalu jauh dari menyebut namaNya. Tapi benar2 saya tidak pernah bermaksud membuatnya sedih. Jadinya, perjalanan pulang menjadi perjalanan yang sendu dan menyedihkan dan menjengkelkan dan teramat sangat tidak menyenangkan, seandainya ada bahasa lain yang bisa menggambarkan suasana pulang saat itu. melihat wajah susahnya, tidak pun ada segores senyum, bahkan senyum dipaksa juga tidak bisa. Sedihnya. Keberadaan ku jadi tidak berarti buatnya,, tidak bisa tenangkan dirinya, tidak bisa buat senyumnya, buat dia ketawa, karena saya juga yang buat dia terluka. Saya benci itu. Saya benci diri saya yang sudah melukainya. Saya benci diri saya yang buat dia memasang wajah seperti tadi. Damn.

Seandainya dia tau betapa sulit tahan airmata ini. Huff. Sesak napas ini karenanya. Jadinya hanya hujan yang bisa bikin senang. Hujan, satu-satunya yang tidak men-judge. Hujan, penawar paling baik. Pulang sampai di rumah langsung mandi, basahi kepala lagi, seakan-akan itu air hujan yang akan menghapus sedih ini, air mata ini. Tidak peduli sedingin apa, karena hatiku rasanya terluka. Butuh air dingin, dingin sekali, agar hati ini mati rasa. Agar hati ini tidak rasa sakit, lebih baik ia membeku saja. Seandainya hati ini terbuat dari batu, maka ia sudah hancur berkeping-keping karenanya. Karena sudah bikin dia, orang yang paling saya sayang, sedih. Benar2 rasanya teramat sangat melegakan membasahi kepala. Benar2 hujan lagi-lagi telah mengobati saya. Hujan memang tidak pernah berkhianat.

Makanya saya mencintai hari hujan. Hujan itu rahmat. Penyembuh. Pengusir rasa sepi. Sahabat setiaku. Hujan itu bisa membuat suasana yang tidak menyenangkan jadi lebih baik. Hujan selalu ada dikala sedih, selalu menghibur. Hujan selalu baik bisa memperbaiki perasaan ini. Hujan selalu setia menemani ku saat dunia sudah berpaling. Hujan itu menyenangkan karena selalu bikin saya bisa senyum sehancur apapun hati ini, semiris apapun perasaan ini, sekacau apapun pikiran ini. Hujan selalu ada buat saya. Terpujilah Allah SWT yang menurunkan rahmat-NYA lewat hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar