Senin, 06 Juli 2009

Pangeran Hujanku, biarkan aku membuat pengakuan kepadamu

Apakah Cuma perasaan ku atau benar dulu saya pernah bilang sama kamu kalau saya suka kamu? Hahahaha. Itu lamaaa sekali. Salah satu kekonyolan yg pernah saya lakukan sebagai anak muda, menunjukkan betapa sangat labilnya diriku saat itu. Aku suka padamu. Dulu. Iya. Setiap pagi datang ke skolah, melewati parkiran motor sekolah, pstilah motor bebek milikmu yang saya cari. Hm? Ketua Osisku pastinya sudah datang pagi2 sekali, bukan? Dan itu dia, motornya , dparkir selalu di bawah pohon itu, pohon jambu itu, yang tiap tahun memberikan buahnya yang manis untuk dimakan. Motor Suzuki hijau itu. Iya. Kamu sudah datang di sekolah.

Melangkah lebih jauh, melihat ke lantai tiga depan ruang kelas mu, yang juga ruang kelas ku, berharap kulihat dirimu berdiri di sana seperti biasa. Hehe. Iya, itu kamu, di sana, berdiri, bersandar pada tembok, melihat kemana entahlah. Apa kah kamu melihatku? Saya tidak tau, karena saya tidak berani memandangmu langsung. Yang kutau kamu ada di sana, sedang berdiri. Curi-curi pandang ku padamu, berharap kau mengetahui keberadaanku yang menyedihkan ini. Ups, kau melihatku, ku tersenyum padamu, kau juga tersenyum balik. Aih, benar2 pagi yang indah.

Menaiki anak tangga satu demi satu, berjalan ke ruang kelas ku, ruang kelasmu, ruang kelas kita. Itu kamu, aku lihat sedang berdiri di depan pintu, masih di tempat yang tadi saya melihatmu. Kamu sedang memandang ke mana, entahlah. Sepertinya pikiran kamu melayang, ya? Hidung mu yang tinggi, dengan bekas luka di pelipis kiri mu, matamu yg besar dan bercahaya, dan kepalamu yg botak dengan baju yang gombrang. Lucu sekali. Tidak bisa kualihkan pandangan ku dari mereka. Kamu pun lucu. Dan menyenangkan. Tahukah kamu kalau rumah kita itu berdekatan? Iya, kamu tau. Dan karena itu saya sering mencari alasan untuk bisa pulang bersamamu. Agar kau mau mengantarku. Agar lebih lama ku
bisa bersamamu.

Pangeran Hujan. Iya, Karena pertama kali kita bertemu, hujan sangat lebat2nya. Ingatkah dirimu saat masih kelas satu, masih baru jadi anak SMA, baru mau MOS, hari hujan lebatnya. Saya, sendiri menunggu hujan reda, pagi-pagi ingin ke sekolah. Tiba-tiba motormu lewat dengan kencangnya, sehingga mencipratkan genangan air di jalan dan membuat ku basah kuyup, membuat baju putih abu-abuku basah kuyup. Basah dan kotor. Aku ingat betapa diriku sangat jengkel. Aku ingat betapa inginku melemparimu dengan batu di pinggir jalan. Mungkin aku akan benar2 melakukannya jika saja kau tidak berhenti dan minta maaf, tapi kamu minta maaf dan menawarkan kita pergi bersama, hari hujan itu.

Hehe. Dan kemaren, kita ketemu lagi setelah tiga tahun lepas dari SMA. Iya, empat tahun sejak saya pernah punya perasaan untukmu. Apakah perasaan itu hilang? Tidak, tidak. Rasa itu masih ada di sana. Bersemayam di lubuk hati terdalam bersama dengan kenangan memori kita selama masa2 SMA. Teman sekelasku, yang dulu sangat kusukai. Iya. Sekarang keadaaannya sudah berbeda. Aku senang dengan pemilikku sekarang, kamu, tidak tau sudah ada yang punya atau tidak. Saya tidak tahu apakah kamu pernah punya pacar? Tidak, saya rasa kamu tidak pernah tertarik dengan hal yang seperti itu. Entah apa yang ada di kepalamu, Pangeran Hujan. Saya tidak pernah tahu. Yang kutahu bahwa saya punya perasaan untukmu, betapa ku sangat menyukai mu. Namun jangan kuatir, temanku pangeran hujan tersayang. Saya tidak punya niat untuk lebih dari sekarang. Saya bersyukur kita berteman dan teramat sangat bahagia dengan pertemanan kita. Untuk melangkah lebih jauh? Saya tidak yakin saya akan lebih menyukai hubungan kita yang lebih dari teman. Maksudnya, seandainya dulu saya menyampaikan perasaanku, pasti hubungan kita tidak akan sebaik yg sekarang. Kamu mengerti kan?

Lalu kemarin, saat kamu mengantarku pulang dengan motor bebekmu, duduk di belakangmu dan melihat punggungmu, membangkitkan kembali perasaan itu, perasaan senangnya bisa diantar pulang olehmu. Senangnya bisa bersama. Iya, dulu kita sering berbicara banyak di perjalanan pulang dengan motormu. Kau tau saya tidak boleh naik motor, walaupun dibonceng. Dan kau bercerita, kalau kau tidak mendengar kata2 orangtuamu, pasti kamu akan sial. Hehe. Pangeran hujan, betapa ku senang bisa kau antar pulang lagi kemarin. Saya sudah lama tidak merasakan perasaan seperti itu, perasaan seperti saat kamu mengantarku pulang itu. Rasanya lama sekali, teramat lama. Rasanya seperti yang dulu, tetap sama.

Pangeran hujan-ku, kamu juga pernah jadi tokoh utama dalam tulisanku. Sekarang kamu sedang jadi tokoh utama dalam tulisanku, artinya adalah saat saya menulis ini, kamu ada dalam pikiranku. Mengapa? TIdak ada salahnya kan mengingat kembali masa-masa itu. Masa-masa dimana dulu pernah kamu seorang yang ada di pikiranku. Masa-masa dimana dulu pernah saya menjadi pengagum rahasiamu. Yang selamanya tidak tergantikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar